Seringkali membangun atau menyusun sesuatu itu lebih sulit dibandingkan membongkarnya kembali. Lihat saja ketika kita membangun rumah, tentu banyak rancangan dan perkiraan yang harus dikerjakan dalam proses pembuatannya. Dan proses itu membutuhkan keahlian dan kemampuan tersendiri. Namun, ketika membongkarnya adalah hal yang kebalikan. Tanpa keahlian pun bagi orang tertentu dapat dengan mudah membongkarnya. Begitupula dengan alat-alat tertentu yang sering kita temui, baik itu alat elektronik, sepeda, spare-part kendaraan bermotor dan lain-lain, kita mudah untuk membongkarnya tetapi ketika menyusunnya kembali sangat sulit.
Intinya memang menyusun itu lebih sulit dibandingkan membongkarnya kembali.
Terakhir saya mem-posting tulisan saya tentang obsesi memecahkan Persamaan Gelombang Schrödinger, Kuantum-Kuantum yang Menggemaskan 1. Dan terakhir tinggal beberapa langkah menuju penyelesaian akhir, saya terhenti karena tidak sanggup dengan pemahaman matematikanya yang cukup tinggi. Dalam satu buku yang saya temui saya cukup senang, karena di dalamnya terdapat bab yang membicarakan tentang bagaimana langkah-langkah memecahkan persamaan tersebut. Karena sebelumnya saya sering mencari di internet tetapi jarang ada penjelasannya secara gamblang. Dari transformasi koordinat, substitusi variabel koordinat baru, pemisahan variabel tiap keadaan, dan memecahkan satu-persatu persamaan yang ada terlihat sangat menarik. Namun sayang, pada langkah awal yaitu transformasi koordinat, saya stagnan. Transformasi itu dari koordinat cartesian ke koordinat bola itu saya kira bisa di dapat dari substitusi turunan parsial biasa, seperti yang saya lakukan ketika mentransformasi persamaan percepatan. Ternyata tidak demikian. Saya buka buku matematika saya yang saya beli di toko buku bekas, "Mathematical Methods in The Physical Sciences". Saya tertuju langsung ke halaman indeksnya dan mencari kata "Schrödinger Wave Equation" dan akhirnya ketemu. Sayangnya itu cuma soal yang harus dijawab dan tidak ada solusi lengkapnya. Tetapi untungnya ada penjelasan tentang transformasi koordinat. Saya cukup senang, dicampur penasaran luar biasa. Pendekatannya ternyata menggunakan persamaan yang disebut Laplacian. Sungguh, saya tidak memahaminya persamaan itu. Dan akhirnya saya cuma berpikir diluar itu semua.
Ketika saya kembali di mana saya pertama kali tahu bagaimana persamaan itu berasal, saya masih ingat persamaan itu disusun dari konsep mekanika yang pernah saya pelajari seperti kecepatan, momentum, energi dan lain-lain. Sehingga saya cukup mudah untuk memahaminya.
Tiba terlintas ide sesaat, ternyata menyusun itu lebih mudah dibandingkan membongkarnya. Dalam hal ini tentang Persamaan Gelombang Schrödinger itu sendiri. Namun kenyataannya, kita tahu di awal menyusun lebih sulit dibandingkan membongkarnya. Sungguh, perbedaan ini sangat unik dilihat dari kenyataan sehari-hari.
Kalaupun dikatakan unik, mungkin sebagian orang berkata lain. Terlihat memang perbedaan keduanya sangat kasar. Saya hanya menghubung-hubungkan antara apa yang saya pelajari dengan realita yang ada. Dan terlalu berlebihan nampaknya.
Lihat juga tulisan ini Filosopi Hidup dalam Matematika, saya menghubungkan kaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Untuk bisa naik atau menajadikan diri kita berkembang, kita harus berusaha dan bekerja keras. Namun untuk turun menjadi lebih buruk, tentu kebalikannya.
2 comments:
din lo knapa suka mtk sih?
padahal kan bikin mumet
Sbnrnya, kalo kita suka sesuatu, kita psti bisa. Jujur, IQ gw cma standar & dy tngkep gw pun sering lmot, apalgi gw kadang gak teliti. Tapi gw te2p suka. Iya sih emang rada mumet & musti sabar bljr mtk. Nmn itu bkan pnghlng kok. Intiny kita hrus SUKA, stu hal lagi, plajri dgn enjoy...
Post a Comment