Berbicara keterikatan Matematika dalam kehidupan sehari-hari memang sangat menarik. Beberapa konsep abstrak yang kita kenal selama mempelajari Matematika bisa terlihat nyata, bahkan lebih dari itu, konsep teoritis sekalipun yang kajiannya dalam Matematika Murni (Pure Mathematics) dapat mengajarkan kita satu hal, keterikatan yang indah. Keterikatan itu seakan-akan memberikan pengetahuan kepada kita bahwa sebenarnya Matematika itu adalah sisi lain kehidupan manusia. Karena sering kita menemui keajaiban yang ada di dalamnya. Tidak salah seorang ilmuwan besar, Galileo Galilei pernah berujar bahwa Matematika itu adalah alat yang digunakan Tuhan untuk menggerakkan alam semesta, Mathematics is the language with which God wrote the Universe.
Terdapat dua hal bagaimana kita sebenarnya saling berhubungan di dunia ini. Yang pertama adalah hubungan kita dengan sesama manusia lainnya, dan yang kedua adalah hubungan kita dengan Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa. Dari kedua hal tersebut kita bisa melihat aspek penting yang mendasari terjadinya hubungan itu.
Pertama, kita akan melihat hubungan kita dengan Tuhan. Hubungan itu sebenarnya terjadi karena satu hal yaitu "Keberadaan". Kita berhubungan dengan-Nya karena kita yakin bahwa Dia itu Wujud, Maha Ada. Dan keyakinan itu menuntut kita menjawab pertanyaan, "Mengapa Tuhan itu ada?." Tanpa kita yakin tentang keberadaan-Nya mustahil akan terjadi hubungan. Keteguhan iman seseorang yang tinggi dinilai dari keyakinan kuat bahwa Tuhan itu Ada. "Keberadaan"-Nya itulah yang menuju pada pemahaman tertinggi seorang manusia tentang Tuhan, Ketauhidan yang hakiki.
Kedua, kita akan melihat hubungan kita dengan sesama manusia. Dan jika kita menggali secara mendalam dan berpikir pada satu kata yang tepat mengapa kita harus berhubungan dengan sesama kita, tiada yang menggantikannya kecuali karena "Keunikan". Kita berhubungan dengan sesama manusia satu sama lain karena kita unik, dan itu menjadikan kita berbeda dengan yang lain. Kemampuan kita berbeda satu sama lain, kebutuhan kita berbeda, rupa kita berbeda, karakter dan sifat kita berbeda, hampir semuanya berbeda. Karena kita unik, Human is unique. Dan hubungan itupun terjalin. Semuanya berkat adanya "Keunikan". Dan kunci penting dalam berhubungan dengan sesama yaitu perihal keunikan itu sendiri, dan satu pesan itu adalah: Hargailah Perbedaan!.
Dan siapa yang tahu darimanakah sebenarnya kata singkat itu berasal, "Keberadaan" dan "Keunikan" yang sangat tepat menggambarkan hubungan di atas.
Dan ternyata, hal tentang "Keberadaan" dan "Keunikan" itu berasal dari Matematika tepatnya kajian tentang Persamaan Diferensial (Differential Equations). Persamaan Diferensial adalah persamaan matematika yang di dalamnya terdapat kombinasi fungsi diferensial dengan derajat turunan tertentu. Persamaan Diferensial ini merupakan topik yang sangat penting dalam cabang Matematika yaitu Kalkulus. Dalam penerapannya, masalah utama dalam Persamaan Diferensial adalah bagaimana menentukan solusi persamaannya. Sedangkan dalam teoritisnya, masalah utamanya ada dua hal yaitu, "Keberadaan" dan "Keunikan".
Jika kita berbicara tentang Keberadaan, maka pertanyaan yang tepat adalah, "Mengapa sebuah Persamaan Diferensial tertentu memiliki solusi? dan yang lain tidak?". Dan jika tentang Keunikan, "Mengapa Persamaan Diferensial tertentu memiliki solusi yang unik (banyak solusi)?". Melalui serangkaian teorema Matematika, The Fundamental Existence and Uniqueness Theorem of Differential Equations, kita dapat mengetahui alasan yang jelas "Mengapa?" demikian.
Seperti halnya kita ajukan pertanyaan pada diri kita, "Apakah Tuhan itu ada?", kita pasti dapat menjawab dengan mudah. Tetapi jika pertanyaannya adalah, "Mengapa Tuhan itu ada?", ini tergantung pemahaman kita masing-masing. Dan jawaban itulah yang menempatkan iman kita pada tingkat yang sebenarnya.
Dan itulah keterikatan yang saya maksud, "Keberadaan" dan "Keunikan". Meskipun saya sadar pemahaman saya tentang Persamaan Diferensial ini masih rendah, tetapi ketika mengetahui kedua hal tersebut ada gejolak dalam diri saya untuk menuliskan tentang hal ini. Padahal pada awalnya saya agak kurang yakin bisa menulisnya dengan baik. Oleh karena itu dengan pemahaman saya yang terbatas saya menuliskan apa adanya di blog ini. Jika ada gagasan saya yang salah, saya minta maaf. Saya sangat senang jika Anda dapat mengomentarinya.
5 comments:
Yth.
Penulis
saya mahasiswa matematika di malang. dalam rangka menyelesaikan skripsi mohon bantuannya Pak. saya ingin memebahas masalah diferensial dalam kehidupan sehari-hari. sekiranya berkenan menolong saya sangat berterimakasih sekali.
pengirim
reyfan
email: reyfan_avandi@yahoo.com
Salam Hangat...
Saya tidak pantas di panggil 'Pak', saya masih mahasiswa lho, baru masuk tahun sekarang.
Mengenai ide tentang masalah diferensial dalam kehidupan sehari-hari saya pernah mendapatkannya dalam fenomena 'Ember Bocor'. Bayangkan, jika suatu keran air dengan debit tertentu masuk ke ember yang bocor. Di mana ukuran ember dan ukuran lubang yang bocornya tertentu juga. Nah, masalahnya berapakah kecepatan debit air yang keluar dari ember yang bocor?
Masalah 1 : Jika air dari keran konstan
Masalah 2 : Jika air dari keran berubah-ubah
Dan yang saya rekomendasikan adalah masalah 2, karena masalah 1 dapat dengan mudah diselesaikan (dengan WX MAXIMA langsung keluar solusinya)
Mudah2n sedikit membantu
Wah gak heran kalau pertanyaan kamu di kelas berbeda dengan yang lain ...:)
Mantap...mantap... (y)(y)
Maaf, Din. Ada koreksi untuk pernyataan ini:
"Keteguhan iman seseorang yang tinggi dinilai dari keyakinan kuat bahwa Tuhan itu Ada."
Kenyataannya, orang2 musyrikin alias orang2 kafir pada masa Rasulullah sangat yaqin bahwa Tuhan (Rabb) itu ada, mengakui bahwa Allah adalah Rabb-nya, dan berdoa juga kepada Allah. Akan tetapi mereka tetap disebut kafir, tidak beriman. Mengapa?
Karena mentauhidkan Allah menuntut 2 hal, yaitu Tauhid Rububiyah dan Tauhid 'Uluhiyah.
Tauhid Rububiyah maksudnya yaqin bahwa hanya Allah sendirilah yang menciptakan segala sesuatu, yang mengatur segala sesuatu yang Ia ciptakan, dan lain-lain. Tidak ada yang membantu-Nya untuk melakukan semua itu.
Tauhid 'Uluhiyah maksudnya yaqin bahwa hanya Allah-lah satu-satunya yang berhak diibadahi. Berdoa hanya boleh kepada Allah, bersumpah hanya boleh dengan nama Allah, memberikan qurban hanya kepada Allah, hanya Allah yang bisa memberikan musibah ataupun keberuntungan, dan lain2.
Nah, yang Pudin sebutkan tadi baru tauhid Rububiyah. Setinggi apapun tauhid Rububiyah, tidak akan bermanfaat jika tidak bertauhid 'Uluhiyah.
Orang-orang kafir mungkin sudah bertauhid Rububiyah, tapi dia tidak bertauhid 'Uluhiyah.
Orang-orang kafir pada masa Rasulullah tidak mau mengucapkan "Laa ilaha illallah" karena mereka mengerti maknanya, yaitu: "Tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah".
Jadi maknanya bukan "Tidak ada Tuhan selain Allah" ya.. karena orang-orang kafir pada masa Rasulullah pun mengakui bahwa sang Rabb, Tuhan, adalah Allah.
Subhanallah, benar sekali Ka Ifa. Maklum pengetahuan saya masih kurang, jadi saya menyimpulkan keyakinan adanya Tuhan menjadi penentu Iman. Padahal banyak parameter2 lain yang menentukannya.
Terima kasih sudah berkunjung :D
Post a Comment