Dalam pidatonya, "Islam and Science - Concordance or Conflict?", Professor Abdus Salam, peraih Nobel Muslim Ahmadiyah bidang Fisika, memberikan pemaparan yang sangat baik kaitannya antara ilmu Sains dan Islam. Adakah saling bertentangan atau sejalan antara bukti-bukti ilmiah dengan pandangan-pandangan di dalam Islam dan Al-Qur'an? dalam pidato tersebut kita dapat menggali jauh untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dalam pidatonya tersebut, Professor Abdus Salam membukanya dengan Ayat Al-Qur'an :
Apakah mereka tidak melihat unta-unta, bagaimana diciptakan. Dan memandang ke langit, bagaimana ditinggikan ? Dan kepada gunung-gunung, bagaimana ditegakkan ? Dan kepada bumi, bagaimana dihamparkan ? (Q.S Al-Ghasyiyah : 18 – 21)
Dan juga ayat berikut,
“Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi, dan pertukaran malam dan siang, pasti ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu, orang-orang yang selalu mengingat Allah swt., ketika berdiri dan duduk dan ketika berbaring atas rusuk mereka, dan mereka merenungkan tentang penciptaan seluruh langit dan bumi berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menjadikan ini sia-sia, Maha Suci Engkau, maka perliharalah kami dari azab Api.” (Q.S Ali Imran : 191-192)
Al-Qur’an menekankan keutamaan pada kaum yang berilmu, yang memiliki pengetahuan dan wawasan untuk memikirkan penciptaan seluruh langit dan bumi. Sebanyak 750 ayat Alquran (hampir 1/8 Alquran) mendorong orang-orang mukmin untuk mempelajari alam semesta, berpikir, menggunakan penalaran dan menjadikan kegiatan ilmiah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Nabi Muhammad SAW pun menekankan wajibnya kaum muslimin, baik pria atau wanita, belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan, bahkan sampai ke negeri Cina sekalipun.
Islam pernah mengalami masa kejayaannya pada abad masa abad ke-10, dimana lahirnya Ibnu Sina, Al Biruni, Ibnu Al Haitham dan lain-lain. Masa ini membuktikan bahwa kaum muslimin pada saat itu mengembangkan ilmu pengetahuan dengan pesatnya, namun tidak melupakan ajaran-ajaran Islam dan Al-Qur’an. Mereka benar-benar mengamalkan ayat suci Al-Qur’an, untuk tetap merenungkan segala kejadian alam-alam di sekitar. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya, mengapa masa ini kemudian hilang? dimana selanjutnya perkembangan ilmu pengetahuan malah berkembang di negara barat.
Dalam pandangan Professor Abdus Salam, kemunduran sains dalam masa itu dikarenakan pada masalah internal terkait menutup diri dari ilmu pengetahuan dan hilangnya semangat untuk berinovasi. Pada akhir abad ke-11 dan 12 banyak masalah terkait politik, aliran/sekte, dan perselisihan agama. Selain masalah tersebut juga ada penyebab eksternal yaitu serangan dari kaum Mongol sehingga memporak-porandakan pusat peradaban muslim waktu itu. Hal inilah yang menyebabkan kelesuan kaum muslimin untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga kondisi semakin terpuruk.
Lepas dari itu semua, apakah kelesuan mengenai pencarian ilmu pengetahuan oleh kaum muslimin berhenti hingga saat ini?
Sains mengedepankan rasionalitas dalam segala hal terkait menjawab peristiwa-peristiwa alam. Dengan pertimbangan akal dan logika ilmuwan mampu menjawab fenomena alam yang di selidiki.
Dapatkah kita berpikir rasional dalam memahami ajaran agama? Adalah sesuatu pemahaman yang aneh ketika beberapa orang memisahkan antara pengetahuan agama dengan cara berpikir rasional. Ini yang mungkin menyebabkan mayoritas muslim masih mempercayai bahwa kejadian-kejadian masa lalu seperti mukjizat para nabi dan sesuatu yang di luar akal manusia bisa benar-benar terjadi secara sekejap seperti sebuah sulap yang penuh keajaiban.
Masalah yang paling umum dan yang semua muslim secara awam tahu adalah mengenai asal-usul penciptaan manusia. Mayoritas muslim masih mempercayai bahwa Nabi Adam a.s adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah. Nabi Adam a.s dikisahkan turun dari Surga akibat memakan buah larangan (buah khuldi). Bagi mereka yang muslim dan percaya sains pasti menemukan keanehan di sini. Jadi bagaimana Adam dilahirkan? Apakah masuk akal manusia turun dan muncul seketika di muka bumi ini?
Ini masih bicara tentang masalah penciptaan manusia. Belum lagi berbicara mengenai penciptaan makhluk hidup lainnya, dan mengenai penciptaan bumi, alam semesta, beserta isinya. Wallahu A'lam Bishawab.
Seperti sebuah hikayat/mitos kita mempercayai dogma agama, bahwa Adam manusia pertama, kemudian pertanyaan selanjutnya, apakah sebelum Nabi Adam a.s tidak ada manusia?
Jawaban umum mayoritas muslim yang menjadi senjata utama adalah : "Kun Fa Yakun", artinya “Jadilah, maka jadilah ia” (Q.S Yaasin : 83), apapun kehendak Allah SWT yang direncanakan pasti terjadi.
Terkait masalah penciptaan manusia adalah masalah yang paling pokok dari beberapa ajaran agama, yaitu Kristen dan Islam. Jika ajaran Kristen menafikan bahwa Adam bukan manusia pertama yang diturunkan dari surga akibat memakan buah khuldi maka hancurlah inti ajarannya. Tidak ada penebusan dosa (original sin) yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s/Yesus yang mati di tiang salib dan di angkat menjadi anak Allah. Begitupula juga umat muslim mayoritas yang meyakini Nabi Adam a.s turun dari Surga secara "fisik", mereka pun umumnya meyakini naiknya nabi Isa ke langit secara "fisik" juga. Seperti telah dinubuwatkan Nabi Isa a.s akan turun lagi di kemudian hari sebagai Imam Mahdi dan Isa Almasih yang dijanjikan.
Jadi jika dilihat dari pandangan sains apakah hal tersebut masuk akal? saya jamin mereka yang mempunyai latar belakang ilmu alam dalam nuraninya meragukan hal ini. Namun dengan rasa iman dan percaya ayat Alquran, "Kun Fa Yakuun", sudah melegakan keraguan tersebut.
Padahal jika mereka sedikit terbuka dan mau memikirkan hal ini lebih lanjut pasti ada sebuah penafsiran atau pemahaman yang tentu lebih baik. Sesungguhnya cerita tentang Nabi Adam yang tertulis di dalam Al-Qur’an sama sekali tidak ada hubungannya dengan penciptaan manusia pertama. Tentang bagaimana penciptaan manusia pertama sampai saat ini masih merupakan misteri. Namun berdasarkan pemikiran akal sehat dan penelitian-penelitian terdahulu dapat disimpulkan manusia tidak dapat diciptakan hanya sepasang kemudian berkembang biak sebanyak hingga sekarang. Pada pokoknya Al-Qur’an diturunkan oleh Allah tidak untuk menjawab masalah ini. Mungkin ini tetap menjadi misteri hingga suatu saat sains dan teknologi mampu memecahkannya. Apakah kita turut ambil bagian memecahkan teka-teki ini atau menutup diri dan menganggap penelitian para ilmuwan adalah palsu?. Namun tentunya dengan kita sudah memegang keyakinan bahwa Adam bukanlah manusia pertama adalah hal yang paling masuk akal. Implikasinya adalah :
1. Nabi Adam a.s bukanlah manusia pertama dalam penciptaan, yang lebih tepat adalah manusia pertama yang menerima nubuwah/wahyu dari Allah SWT.
2. Kisah Nabi Adam a.s adalah merupakan metafora/kiasan dan tidak sepenuhnya terjadi secara literal seperti dongeng/cerita anak-anak, yang penuh akan keajaiban-keajaiban
3. Nabi Isa a.s tidak di angkat ke surga, beliau a.s juga tidak mati di tiang salib. Tidak perlu adanya penebusan dosa.
4. Nabi Isa a.s turun ke dua kalinya tidak serta-merta datang dari langit bagaikan superhero/pahlawan, namun lahir seperti biasa di antara manusia lainnya. Beliau a.s datang dengan bukti-bukti nubuwatan yang kedatangannya telah dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam beberapa hadist.
Jadi semuanya berjalan secara alami dan diterima oleh akal sehat. Tidak ada pertentangan antara ajaran agama dengan rasionalitas yang digunakan dalam sains. Alangkah lebih baik memandang "Kun Fa Yakuun" tidak seperti sebuah sulap, “Sim Salabim..” maka semuanya berubah dalam sekejap. Namun pandanglah ayat tersebut sebagai Kekuatan Allah yang Maha Hebat dalam Pencipta dan Perencana Segala Hal, dimana semua berjalan sesuai Sunatullah. Rencana yang yang terjadi mengikuti hukum alam yang berdasarkan pada sebab dan akibat. Sungguh tidak masuk akal dan menggelikan jika rencana Tuhan dibuat secara mendadak. Kejadian seolah-olah menunjukan bahwa semua rencana Tuhan dibuat mengikuti apa yang sedang terjadi kemudian Tuhan membuat jawabannya secara mendadak. Meskipun terkadang akal dan pengetahuan kita belum mampu memecahkan semua hukum alam bisa jadi karena ilmu yang dimiliki masih sedikit, seperti yang tertuang dalam ayat
Dan andaikata semua pohon yang ada di bumi ini menjadi pena dan laut ditambah sesudahnya tujuh samudera menjadi tinta, niscaya tidak akan habisnya kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Q.S. Luqman : 28)
Ayat ini juga yang dikutip pada akhir pidato Professor Abdus Salam.
Tentunya lebih baik kita merasa rendah dan tidak tahu kemudian menggalinya lagi, dibandingkan merasa pasrah dan menutup diri, bukan? yang tentu lebih memuaskan batin dan menambah kualitas iman kita.
Masih banyak bahasan-bahasan lain yang sebenarnya dapat diselidiki lebih jauh tentang keajaiban pada masa Nabi-nabi terdahulu, seperti misalnya mu’jizat Nabi Musa a.s yang dapat membelah laut, Nabi Isa a.s yang konon lahir tanpa ayah, yang dapat berbicara ketika masih buaian, dan juga dapat menghidupkan orang mati, kisah Mi’raj Nabi Muhammmad SAW yang naik ke langit dengan mengendarai Bouraq berkecepatan cahaya dan lain-lain. Namun masalah penciptaan manusia adalah yang paling umum dan menyentuh inti ajaran agama mayoritas. Sehingga menjadi topik yang menarik dibahas dalam tulisan ini.
Mudah-mudahan dengan tulisan singkat ini dapat lebih membuka wawasan untuk tetap mempelajari dan mengembangkan sains serta merenungkan alam semesta yang luar biasa beserta isinya. Tidak lagi memandang mu’jizat sebagai keajaiban, tidak menutup diri terhadap sains, dan selalu mencari asal usul, “mengapa bisa terjadi?”. Sehingga iman kita lebih kuat dan teguh untuk mempelajari Islam secara menyeluruh. Aamin ya Rabbal ‘Alamin.
0 comments:
Post a Comment